Sejarah Latar Belakang Terjadinya Perang Khandaq

Sejarah Perang Khandaq Orang-Orang Yahudi yang diusir lalu ditempatkan di Khaibar, sebuah wilayah di luar Kota Madinah. Hal itu membuat mereka kecewa dan marah. Mereka terdiri atas dua suku utama, yaitu Bani Nadhir dan Bani Wail. Mereka kembali merancang konspirasi baru terhadap orang-orang muslim dengan menghimpun pasukan, sebagai persiapan untuk memukul orang-orang muslim, agar tidak memiliki sisa kehidupan setelah itu. Karena belum berani menyerang orang-orang muslim secara langsung, maka mereka merancang dan melaksanakan langkah ini secara sembunyi-sembunyi dan hati-hati.

Ada dua puluh pemimpin dan pemuka Yahudi dari Bani Nadhir yang mendatangi Quraisy di Makkah. Mereka mendorong orang-orang Quraisy agar menyerang Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan berjanji akan membantu rencana ini dan mendukungnya. Quraisy menyambutnya dengan senang hati, apalagi sebelumnya mereka tidak berani memenuhi janji di Perang Badar untuk kedua kalinya. Maka mereka melihat ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengembalikan pamor.

Dua puluh orang pemuka Yahudi itu juga pergi ke Ghathafan dan mengajak mereka seperti ajakan yang diserukan kepada orang-orang Quraisy. Ajakan ini mendapat sambutan yang baik. Kemudian para utusan Yahudi itu berkeliling ke berbagai kabilah Arab dengan ajakan yang sama, dan semuanya memberi respon. Satu langkah yang dirancang orang-orang Yahudi dengan menghimpun orang-orang kafir untuk menyerang Rasulullah shallallahu’alahi wasallam dan membungkam dakwah Islam dapat berjalan mulus.

Sejarang Perang Khandaq

Perang Khandaq (Arab:غزوة الخندق) juga dikenal sebagai Pertempuran Al-Ahzab, Pertempuran Konfederasi, dan Pengepungan Madinah terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun 627 Masehi, pengepungan Madinah ini dipelopori oleh pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy makkah dan yahudi bani Nadir (al-ahzaab). Pengepungan Medinah dimulai pada 31 Maret, 627 dan berakhir setelah 27 hari.

Baca Juga  Periodisasi Kepemimpinan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah

Perang ini dinamai  Khandaq (Arab الخندق) karena parit yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran. Kalimat Khandaq kata adalah bentuk bahasa Arab dari bahasa Persia “kandak” (yang berarti “Itu yang telah digali”). Perang ini juga disebut sebagai Perang Konfederasi (bahasa Arab غزوة الاحزاب). Al-Qur’an menggunakan istilah sekutu (Arab الاحزاب) dalam surah Al-Ahzab [Quran 33:9-32] untukmenunjukkan konfederasi Arab pagan dan Arab Yahudi terhadap Islam.

Pengepungan adalah “pertempuran kecerdasan”, di mana para ahlik taktik Muslim mengatasi lawan-lawan mereka, sementara jatuh korban sangatlah sedikit. Upaya konfederasi untuk mengalahkan kaum Muslim gagal, dan kekuatan Islam menjadi berpengaruh di wilayah tersebut. Akibatnya, tentara Muslim mengepung sekitar Banu Qurayza, yang mengarah ke penyerahan tanpa syarat mereka. Kekalahan itu menyebabkan Mekah kehilangan perdagangan mereka dan sebagian besar adalah kehormatan harga diri mereka.

Untuk melindungi Madinah dari serangan gabungan, maka dibuatlah parit sebagai strategi berperang untuk menghindari serbuan langsung dari pasukan Al-Ahzab Quraisy dan bani Nadir. Strategi pembuatan parit di sela sela daerah yang tidak terlindungi oleh pegunungan sebagai tempat perlindungan adalah strategi dari sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bernama Salman al-Farisi yang berasal dari Persia, sehingga perang ini disebut dengan pertempuran parit/khandaq. Sejatinya strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan apabila mereka terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda.

Lalu digalilah parit di bagian utara Madinah selama sembilan/sepuluh hari. Pasukan gabungan datang dengan kekuatan 10.000 pasukan yang siap berperang. Pasukan gabungan membuat kemah di bagian utara Madinah, karena di tempat itu adalah tempat yang paling tepat untuk melakukan perang. Pada Pertempuran Khandaq, terjadi pengkhianatan dari kaum Yahudi Bani Qurayzhah atas kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya untuk mempertahankan kota Madinah, tetapi bani Quraizhah mengkhianati perjanjian itu.

Baca Juga  Pusat Pemerintahan Dinasti Umayyah

\Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh Nua’im bin Mas’ud al-Asyja’i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan gabungan dengan keahliannya memecah belah pasukan gabungan. Lalu Allah Subhanahu wa ta’ala mengirimkan angin yang memporakporandakan kemah pasukan gabungan, memecahkan periuk-periuk mereka, dan memadamkan api mereka. Hingga akhirnya pasukan gabungan kembali ke rumah mereka dengan kegagalan menaklukan kota Madinah. Setelah peperangan itu, Rasulullah dan para sahabat berangkat menuju kediaman bani quraizah untuk mengadili mereka.