Siapakah Pendiri Dinasti Fatimiyah Dalam Sejarah Islam – Fatimiyah didirikan pada 909 oleh ˤAbdullāh al-Mahdī Billa, yang melegitimasi klaimnya melalui keturunan dari Nabi Muhammad dari jalur Fāthimah az-Zahra dan suaminya ˤAlī ibn-Abī-Tālib, {Imām Shīˤa pertama. Oleh karena itu negeri ini bernama al-Fātimiyyūn “Fatimiyah”.
Dengan cepat kendali Abdullāh al-Mahdi meluas ke seluruh Maghreb, wilayah yang kini adalah Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya, yang diperintahnya dari Mahdia, ibu kota yang dibangun di Tunisia.
Fatimiyah memasuki Mesir pada 972, menaklukkan dinasti Ikhshidiyah dan mendirikan ibu kota baru di al-Qāhirat “Sang Penunduk” (Kairo modern)- rujukan pada munculnya planet Mars. Mereka terus menaklukkan wilayah sekitarnya hingga mereka berkuasa dari Tunisia ke Suriah dan malahan menyeberang ke Sisilia dan Italia selatan.
Tak seperti pemerintahan di sama, kemajuan Fatimiyah dalam administrasi negara lebih berdasarkan pada kecakapan daripada keturunan. Anggota cabang lain dalam Islām, seperti Sunni, sepertinya diangkat ke kedudukan pemerintahan sebagaimana Syi’ah. Toleransi dikembangkan kepada non-Muslim seperti orang-orang Kristen dan Yahudi, yang mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan dengan berdasarkan pada kemampuan (pengecualian pada sikap umum toleransi ini termasuk “Mad Caliph” Al-Hakim bi-Amrillah).
Kebangkitan Arsitektur Islam Fatimiyah
Periode panjang Dinasti Fatimiyah selama hampir tiga abad membawa kebangkitan besar di bidang arsitektur. Banyak monumen dibangun dengan gaya baru atau tambahan dari tradisi dan budaya di mana bangunan berada.
Ketika Ubaidillah merebut kekuasaan di Ifriqiyah pada 910 M, awalnya ia pindah ke Aghlabid, tapi kekacauan politik mendorongnya mencari tempat lain. Pilihannya jatuh pada Mahdiya. Tidak diragukan lagi keputusan itu dibuat dengan alasan strategis. Selain hasratnya untuk menciptakan ibu kota baru, ia juga mempunyai ambisi membangun kekuatan angkatan laut yang besar.
Semenanjung kota sepanjang 14 kilometer dikelilingi benteng besar. Akses dari sisi darat dijaga dua gerbang besar yang kuat. Ubaidillah menata pelabuhan, membangun gudang, istana, dan masjid agung. Sisa-sisa benteng dan salah satu dari dua gerbang kota, Sqifa al-Kahla, masih ada. Gerbang terdiri atas serambi berkubah setinggi 33 meter dan panjang lima meter yang memiliki enam pintu.
Menurut sumber tertulis abad pertengahan, gerbang itu dihiasi dengan singa perunggu yang saling berhadapan. Gerbang ini memperkuat pertahanan. Di dalam relung terdapat bangku untuk penjaga. Istana Ubaidillah berdiri di timur kota dan di seberangnya berdiri istana putranya, al-Qaim.
Sumber : Wikipedia dan Republika