You are currently viewing Periodisasi Kepemimpinan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah

Periodisasi Kepemimpinan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah

Periodisasi Kepemimpinan Kekhalifahan Dinasti Daulah Abbasiyah – Salah satu dinasti Islam terlama adalah Abbasiyah. Setelah keruntuhan Dinasti Umayyah, muncul Dinasti Abbasiyah yang bertahan lebih dari lima abad (750-1258) dan pernah mewujudkan zaman keemasan umat Islam. Para sejarawan membagi masa kekuasaan Abbasiyah menjadi beberapa periode berdasarkan ciri, pola perubahan pemerintahan, dan struktur sosial politik ataupun tahap perkembangan peradaban yang dicapai.

Periodisasi Kepemimpinan Daulah Abbasiyah

Berdasarkan perbedaan pola dan perubahan politik itu juga mengingat masa berkuasa daulah Abbasiyah ini cukup lama. Para sejarawan membagi masa kekhalifahan Dinasti Abbasiyah kepada empat periode.

1. Periode Abbasiyah I (132-232 H/750-847 M)
Periode pertama Dinasti Abbasiyah berlangsung selama 97 tahun dan dipimpin oleh sembilan orang khalifah. Mulai dari Abu Abbas as-Safah (132-136 H/750754 M) sampai khalifah al-Watsiq (227-232 H/842-847 M). Periode ini disebut dengan periode keemasan Dinasti Abbasiyah.

Bahkan dapat dikatakan sebagai periode keemasan Islam di dunia. Abu Abbas dan Abu Ja’far Al-Mansur telah meletakan dasar-dasar pemerintahan, dan keemasan terjadi pada masa tujuh khalifah berikutnya. Selain memiliki wilayah yang sangat luas, dinasti ini mencapai kemajuan Deradaban di berbagai bidang. llmu pengetahuan dan filsafat berkembang pesat, demikian juga dengan seni budaya, politik, militer, dan perekonomi.

Para khalifah yang memimpin pada periode ini selain ahli dalam ketatanegaraan, politik, dan pemerintahan, mereka sangat mencintai ilmu pengetahuan, peradaban, dan dikenal dekat dengan ulama (ilmuwan). Puncak keberhasilan daulah ini berada pada masa khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Makmun (813-833 M).

2. Periode Abbasiyah ll (232-334 H/847-946 M)
Periode ini berlangsung selama 99 tahun dan dipimpin oleh 13 khalifah. Periode ini bisa dikatakan sebagai awal melemahnya Dinasti Abbasiyah. Kebijakan Khalifah al-Mu’tasim (218-227 H/833-842 M) terhadap unsur Turki dalam masalah ketentaraan membuat praktik kebiasaan orang-orang muslim mengikuti perjalanan perang menjadi terhenti. Pasukan tentara terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Banyak pula di antara orang-orang Turki yang diberi jabatan gubernur dan panglima perang. Akibatnya, tentara menjadi sangat dominan dan banyak memberikan pengaruh kepada khalifah.

Baca Juga  Sejarah Latar Belakang Terjadinya Perang Khandaq

Khalifah al-Mu’tasim (218-227 H/833-842 M) dan khalifah sesudahnya yaitu al-Watsiq (842-847 M) mampu mengendalikan mereka. Akan tetapi, khalifah al-Mutawakkil (232-247 H/847-861 M) yang merupakan khalifah awal periode ini merupakan khalifah yang lemah. Pada masanya, orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat setelah al-Mutawakkil wafat. Merekalah yang memilih dan mengangkat khalifah sesuai kehendak mereka. Dengan demikian, kekuasaan tidak lagi ada di tangan khalifah Bani Abbas, walaupun mereka tetap berada pada jabatan khalifah. Keberadaannya hanya sebagai simbol belaka.

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah pada periode ini menjadi lemah, akibatnya banyak daerah-daerah kecil yang berusaha melepaskan diri dan tidak mampu diatasi.

Berikut faktor-faktor penting lain yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah pada periode ini.

1. Luasnya wilayah yang harus dikendalikan sedangkan orgajisasi dan komujikasi rapuh/lemah.
2. Ketergantungan kepada tentara sangat tinggi sehingga menurunkan semangat rakyat dalam membela negara.
3. Kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat tinggi.

3. Periode Abbasiyah III
Pada periode ini, Dinasti Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Mereka adalah para penganut aliran Syi’ah yang berhasil mendirikan dinasti di sebelah barat laut Iran. Ketika kekuatan mereka bertambah besar, masyarakat sepenuhnya dikuasai oleh mereka. Orang-orang terkemuka di Baghdad mempersilakan mereka memasuki Baghdad dan Khalifah al-Mustakfi tidaki bisa berbuat apa-apa.

Sejak diangkatnya Khalifah al-Mu’thi (334-363 H/945-974 M), kedudukan khalifah benar-benar hanya sebagai boneka yang dikendalikan oleh Bani Buwaihi. Oleh karena itu, selama satu abad periode ini berlangsung, para khalifah tidak mampu berbuat banyak untuk mempertahankan kedaulatan negara. Meskipun demikian, dalam bidang ilmu pengetahuan Dinasti Abbasiyah terus mengalami kemajuan dalam periode ini. Pada masa ini muncul pemikir-pemikir besar seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Maskawaih. Selain itu, bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalami kemajuan.

Baca Juga  Doa Minum Air Zam Zam Dan Khasiatnya

4. Periode Abbasiyah IV
Periode ini berlangsung sekitar 164 tahun. Jika pada periode sebelumnya kekuasaan Abbasiyah berada di bawah kendali Bani Buwaihi, maka pada periode ini kekuasaan berada di bawah kendali kaum Saljuk dari Turki. Saljuk adalah nama keluarga penguasa suku-suku Oghuz di Turki. Saljuk adalah nama suku yang diambil sebagai penghormatan atas nenek moyang mereka bernama Saljuk bin Yakak.

Kehadiran Bani Saljuk di Baghdad sebenamya atas undangan khalifah untuk menghilangkan pengaruh Bani Buwaihi. Namun pengaruh mereka akhirnya tak terkendali setelah para khalifah Abbasiyah menempatkan mereka Pada , jabatan-jabatan penting kerajaan, seperti panglima perang, gubernur, dan wazir (menteri).

puncak pengaruh kaum saljuk terhadap kekhalifahan Bani abbas dimulai tahun 510 H/1116 M sampai tahun 656 H/1258 M ketika tentara Mongol membumi hanguskan kota Baghdad dan segala isinya yang menandai berakhirnya Dinasti Abbasiyah.

Sumber : literasita.com