Sejarah Masjidil Haram Masjid Terbesar Di Dunia – Masjidilharam, Masjid al-Haram atau al-Masjid al-Haram adalah sebuah masjid yang berlokasi di pusat kota Makkah yang dipandang sebagai tempat tersuci bagi umat Islam. Masjid dan kota Makkah merupakan tujuan utama dalam ibadah haji. Masjid ini dibangun mengelilingi Ka’bah yang menjadi arah kiblat bagi umat Islam dalam mengerjakan ibadah salat di seluruh dunia. Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di dunia, diikuti oleh Masjid Nabawi di Madinah al-Munawarah sebagai masjid terbesar kedua di dunia serta merupakan dua masjid suci utama bagi umat muslim. Luas keseluruhan masjid ini mencapai 356.800 m2 (3.841.000 sq ft) dengan kemampuan menampung jemaah sebanyak 820.000 jemaah ketika musim haji dan mampu bertambah menjadi dua juta jemaah ketika salat Id.
Kepentingan masjid ini sangat diperhitungkan dalam agama Islam, karena selain menjadi kiblat, masjid ini juga menjadi tempat bagi para jemaah haji melakukan beberapa ritual wajib, yaitu tawaf, dan sai. Pengertian Masjidil haram tidak hanya diartikan sebagai masjid di kota Makkah saja. Para ulama berbeda pendapat mengenai hal ini ada yang mengatakan bahwa arti Masjidilharam adalah semua tempat di kota Makkah. Imam Besar masjid ini adalah Syekh Abdurrahman As-Sudais seorang imam yang dikenal dalam membaca Alquran dengan artikulasi yang jelas dan suara yang merdu dan Syekh Shuraim. Muazin besar dan paling senior di Masjid Al-Haram adalah Ali Ahmed Mulla yang suara azannya sangat terkenal di dunia Islam termasuk pada media internasional.
Sejarah Masjidil Haram
Prasejarah
Sejarah Masjidilharam tidak lepas dari pembangunan Ka’bah jauh sebelum Nabi Adam diciptakan. Setelah Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk membangun bangunan di sebuah lembah yang bernama Bakkah (saat ini menjadi bagian dari Kota Makkah al-Mukarramah). Namun, bangunan tersebut hancur akibat air bah pada masa Nabi Nuh. Selama beberapa abad kemudian, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail untuk membangun sebuah bangunan di tengah perempatan kota Makkah untuk dijadikan tempat beribadah Mereka berdua lah yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di sekitar Ka’bah. Sejak pembangunan tersebut, Ka’bah dan Masjidil Haram dijaga oleh para keturunan Ismail.
Masa Jahiliah
Masjidilharam menjadi pusat atau tujuan utama para peziarah, terutama Ka’bah. Akibatnya, Abrahah dari Yaman, merasa iri dan ingin menghancurkan Ka’bah mereka membawa pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah. Namun ketika dalam perjalanan, semua pasukan itu dilempari batu berapi dari neraka oleh burung-burung ababil, sehingga pasukan tersebut mati dalam keadaan tubuh yang rusak dan berlubang-lubang selayaknya daun-daun yang dimakan ulat. Peristiwa itu terjadi pada tahun gajah, yakni tahun saat Nabi Muhammad saw. dilahirkan, yaitu pada tahun 571 M.
17 Tahun setelah percobaan penyerangan Ka’bah, bangunan Ka’bah hancur akibat banjir besar yang melanda kota Makkah. Para petinggi Quraisy sepakat untuk menggunakan uang yang halal dalam pembangunan Ka’bah, akibatnya ukuran Ka’bah menjadi lebih kecil dari ukuran sebelumnya sehingga Hijir Ismail tidak termasuk kedalam Ka’bah. Pertikaian terjadi antara para petinggi Quraisy setelah masanya peletakkan batu Hajar Aswad. Mereka berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan batu itu. Hingga akhirnya, datanglah Muhammad yang mengusulkan agar batu itu diletakkan di sebuah kain yang setiap ujungnya dipegang oleh masing-masing ketua kabilah. Berkat peristiwa ini Muhammad digelari sebagai al-amin.
Masa Rasulullah
Masjidilharam sejak dibangunnya Ka’bah sampai dengan masa permulaan Islam terdiri dari halaman yang luas dan ditengahnya ada Ka’bah, tidak ada dinding yang mengelilinginya, hanya bangunan rumah-rumah penduduk Makkah yang mengelilingi halaman itu, seakan-akan dia adalah dindingnya.
Di sela rumah-rumah tersebut teradapat lorong-lorong yang mengantar ke Ka’bah, dinamakan dengan nama-nama kabilah-kabilah yang melaluinya atau yang berdekatan dengannya, diperkirakan luas Masjidilharam pada masa Nabi Muhammad antara 1490 sampai 2000 m².
Masa Kekhalifahan
Dari masa ke masa, tempat tawaf diperluas berkali-kali, agar dapat mencukupi dengan bertambahnya jumlah orang-orang yang tawaf, maka dari itu pada tahun 17 H/638 M Umar bin Khattab al-Faruq membeli rumah-rumah yang menempel dengan Masjidilharam dan menghancurkannya, serta memasukkan area tanahnya ke dalam Masjidilharam, mengubininya dengan hamparan kerikil, kemudian dia membangun tembok mengelilingi masjid setinggi kurang satu depa (6 kaki), dan membuatkan beberapa pintu, dan lampu-lampu minyak penerang masjid diletakkan di dinding ini, diperkiran luas tambahan ini adalah 840 m2.
Ini adalah perluasan pertama untuk Masjidilharam. Pada tahun 26 H/646 M Khalifah Utsman bin Affan menjadikan bagi masjid koridor-koridor sebagai tempat berteduh untuk orang-orang, diperkirakan luas perluasan ini mencapai 2040 m2. Pada tahun 65 H/ 684 M setelah Abdullah bin Zubair menyelesaikan pemugaran Ka’bah. dia memperluas Masjidilharam dengan sangat besar, sehingga menuntut untuk memberikan atap di sebagian darinya, diperkirakan perluasan ini mencapai 4050 m2
Masa daulat Umayah
Dan pada tahun 91H/709 M, Khalifah Kesultanan Umayah Umawi Walid bin Abdul Malik memerintahkan untuk perluasan Masjidilharam, dan membangunnya dengan bangunan yang kukuh, dan mendatangkan pilar-pilar marmer dari Mesir dan Syam, dan ujungnya diberi lempengan emas, dan masjid diatapi dengan kayu sajj (semacam kayu jati) yang dihiasi dan dibuat untuknya beranda, di temboknya diberi lengkungan dan di alas lengkungannya di beri mozaik (kepingan batu), perluasaan ini adalah untuk bagian timur, diperkirakan tambahan ini seluas 2300 m2
Masa daulat Abbasiah
Pada tahun 137 H/754 M Khalifah Kekhalifahan Abbasiyah Abu Ja’far an-Nilansyur al-Abbasi memerintahkan untuk memugar Masjidilharam dan memperluasnya serta menghiasinya dengan emas dan mozaik, dan dia adalah orang pertama yang menutup Hijir Ismail dengan marmer, diperkirakan tambahan ini seluas 4700 m2. Dan pada tahun 160 H/776 M Khalifah al-Mahdi memperluas Masjidilharam dari arah timur, barat dan utara, dan tidak memperluas bagian selatan disebabkan adanya jalan untuk air bah Wadi Ibrahim, tambahan perluasan ini diperkirakan 7950 m2. Dan tatkala Khalifah al-Mahdi menunaikan haji tahun 164 H/ 780 M dia memerintahkan agar jalan air bah wadi Ibrahim dipindah, dan memperluas bagian selatan sehingga Masjidilharam menjadi segi empat, tambahan perluasan ini di perkirakan mencapai 2360 m2.
Pada tahun 281 H/894 M, Khalifah al-Mu’tadhid Billahi memasukkan Daar An-Nadwah ke dalam Masjidilharam, rumah ini cukup luas terletak di arah utara masjid, memiliki halaman yang luas, dahulunya biasa disinggahi oleh para khalifah dan gubernur, kemudian ditinggalkan, maka dimasukkanlah ke dalam masjid, dibangun di atasnya menara. dan diramaikan dengan pilar-pilar dan kubah-kubah serta koridor-koridor, diatapi dengan kayu sajj yang dihiasi, tambahan ini diperkirakan seluas 1250 m2. Dan pada tahun 306 H/918 M Khalifah al-Muqtadir Billahi al-Abbasi memerintahkan agar menambah pintu Ibrahim di arah barat masjid, dahulunya adalah halaman yang luas di antara dua rumah Siti Zubaidah, luasnya diperkirakan 850 m2.
Masa Kekhalifahan Usmaniah
Pada tahun 979H/1571 M Sultan Salim al-Utsmani memugar bangunan masjid secara total, tanpa menambah diluasnya, dan bangunan ini tetap ada sampai sekarang dikenal dengan bangunan Usmaniah.
Pada 1579, Sultan Selim II dari Kesultanan Usmaniah menugaskan arsitek ternama Turki, Mimar Sinan untuk merenovasi Masjidilharam. Sinan mengganti atap masjid yang rata dengan kubah lengkap dengan hiasan kaligrafi di bagian dalamnya.
Sinan juga menambah empat pilar penyangga tambahan yang disebut-sebut sebagai rintisan dari bentuk arsitektur masjid-masjid modern. Pada tahun 1621 dan 1629, banjir bandang melanda Makkah dan sekitarnya, mengakibatkan kerusakan pada Masjidilharam dan Ka’bah. Pada masa kekuasaan Sultan Murad IV tahun 1629, Ka’bah dibangun kembali dengan batu-batu dari Makkah, sedangkan Masjidilharam juga mengalami renovasi kembali.
Pada renovasi tersebut, ditambahkan tiga menara tambahan sehingga keseluruhan menara menjadi tujuh. Marmer pelapis lantai pun diganti dengan yang baru. Sejak saat itu, arsitektur Masjidilharam tak berubah hingga hampir tiga abad.
Masa kekuasaan Raja-raja Saudi
Renovasi besar pertama yang dilakukan pada masa raja-raja Saudi berlangsung pada tahun 1955 hingga tahun 1973. Selain penambahan tiga menara, atap masjid pun diperbaiki, sementara lantai masjid diganti dengan marmer yang baru. Pada renovasi ini, dua bukit kecil Shofa dan Marwah dibuat di dalam Masjidilharam. Dalam renovasi ini pula, seluruh fitur yang dibangun oleh arsitek kekaisaran Usmaniah, termasuk empat pilar, dirobohkan.
Renovasi kedua dilakukan ketika Arab Saudi dipimpin oleh Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud. Raja Fahd, pada tahun 1982 hingga 1988, membangun sebuah sayap bangunan baru dan kawasan salat ruang terbuka di Masjidilharam. Renovasi ketiga dilakukan pada tahun 1988 hingga 2005. Pada renovasi ini, dibangun beberapa menara tambahan, serta area salat di dalam dan sekitar masjid. Sebuah kediaman untuk raja juga dibangun berhadapan dengan masjid.
Selain itu, dibangun pula 18 gerbang tambahan, tiga kubah, serta 500 pilar marmer. Masjidilharam juga dilengkapi dengan pendingin udara, eskalator, dan sistem pengairan.
Masa kekuasaan Raja Abdullah bin Abdulaziz
Pada tahun 2007, Raja Abdullah memulai proyek raksasa untuk memperluas kapasitas masjid agar bisa menampung hingga 2 juta jemaah. Proyek ini diprakirakan selesai pada tahun 2020. Perluasan masjid dimulai pada bulan Agustus 2011. Kawasan masjid yang semula seluas 356.000 meter persegi akan dikembangkan menjadi 400.000 meter persegi. Sebuah gerbang yang diberi nama Gerbang Raja Abdullah dibangun bersama tambahan dua menara masjid.
Proyek pembangunan di bawah Raja Salman bin Abdulaziz
Takhta Kerajaan Arab Saudi jatuh ke tangan Salman bin Abdul Aziz, setelah Raja Abdullah wafat. Raja Salman, pada bulan Juli 2015 lalu, meluncurkan lima proyek ekspansi Masjidilharam agar bisa mengakomodasi lebih dari 1,6 juta jemaah haji.
Proyek ini mencakup pembangunan gedung, terowongan, gedung-gedung tempat tinggal bagi jemaah haji, serta sebuah jalan lingkar. Perluasan bangunan mencakup 1,47 juta meter persegi dan pembangunan 78 gerbang baru. Sebanyak enam lantai untuk salat atau sembahyang, 680 eskalator, 24 elevator untuk jemaah berkebutuhan khusus, 21.000 toilet dan tempat wudu.
Nilai proyek yang sudah digelar pada tahun 2011 oleh Raja Abdullah ini mencapai 26,6 miliar Dolar AS. Pemegang tender proyek raksasa ini adalah Binladin Group.
Pendudukan Masjidilharam 1979
Pendudukan Masjidilharam adalah serangan dan pendudukan yang dilancarkan oleh kelompok “Ikhwan” dari tanggal 20 November hingga 4 Desember 1979 di Masjidilharam, Makkah, Arab Saudi. Gerakan ini dipimpin oleh Juhaiman bin Muhammad ibn Saif al Otaibi. Para pembangkang menyatakan salah seorang dari antara mereka, yaitu Mohammed Abdullah al-Qahtani, adalah seorang Mahdi. Mereka menyerukan semua Muslim untuk mematuhinya. Dengan senapan, mereka lalu menguasai Masjidilharam dan menyandera peziarah-peziarah yang sedang melaksanakan ibadah haji. Tentara keamanan Arab Saudi kemudian mengepung kompleks masjid dan setelah dua minggu, para militan berhasil dikalahkan.
Kecelakaan Alat Berat Derek 2015
Pada 11 September 2015, 111 orang meninggal dunia dan 394 lainnya terluka akibat sebuah derek yang jatuh ke dalam masjid. Jatuhnya alat berat ini diakibatkan oleh badai hujan yang disertai angin kencang yang melanda kota Makkah pada waktu itu. Korban luka-luka dirawat di Rumah Sakit setempat dan dibiyayai oleh kerajaan Arab Saudi secara penuh, korban luka-luka pun dijenguk oleh Raja Salman di rumah sakit