Sejarah Ibnu Rusyd Filusuf Dari Andalusia – Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd lahir pada tahun 1126 M/520 H di Kordoba, yang ketika itu merupakan wilayah kerajaan Murabithun. Keluarga Ibnu Rusyd dikenal sebagai tokoh masyarakat di Kordoba, terutama atas peran mereka dalam bidang hukum dan agama. Kakek Ibnu Rusyd, yang juga bernama Abu al-Walid Muhammad (wafat 1126) menjabat qadhi al-qudhat (hakim kepala) di kota tersebut, dan juga merupakan imam Masjid Agung Kordoba. Ayahnya, Abu al-Qasim Ahmad, juga menjabat sebagai kadi atau hakim pada masa kekuasaan Murabithun, hingga Kordoba jatuh ke tangan Kekhalifahan Muwahidun.
Ibnu Rusyd mempunyai Nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd; 1126 – 11 Desember 1198), di dunia barat terkenal sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dan pemikir dari Al-Andalus yang menulis dalam bidang disiplin ilmu, termasuk filsafat, akidah atau teologi Islam, kedokteran, astronomi, fisika, fikih atau hukum Islam, dan linguistik. Karya-karya filsafatnya termasuk banyak tafsir, parafrase, dan ringkasan karya-karya Aristoteles, yang membuatnya dijuluki oleh dunia barat sebagai “Sang Penafsir”. Ibnu Rusyd juga semasa hidupnya mengabdi sebagai hakim dan dokter istana untuk Kekhalifahan Muwahhidun.
Sejarah Singkat Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd lahir di Kordoba dari keluarga yang melahirkan hakim-hakim terkenal; kakeknya adalah qadhi al-qudhat (hakim kepala) dan ahli hukum terkenal di kota itu. Pada tahun 1169 ia bertemu dengan khalifah Abu Yaqub Yusuf, yang terkesan dengan pengetahuan Ibnu Rusyd. Sang khalifah kemudian mendukung Ibnu Rusyd dan banyak karya Ibnu Rusyd adalah proyek yang ditugaskannya.
Ibnu Rusyd juga beberapa kali menjabat sebagai hakim di Sevilla dan Kordoba. Pada 1182, ia ditunjuk sebagai dokter istana dan hakim kepala di Kordoba. Setelah wafatnya Abu Yusuf pada tahun 1184, ia masih berhubungan baik dengan istana, hingga 1195 saat dia dikenai berbagai tuduhan dengan motif politik. Pengadilan lalu memutuskan bahwa ajarannya sesat dan Ibnu Rusyd diasingkan ke Lucena. Setelah beberapa tahun di pengasingan, istana memanggilnya bertugas kembali, tetapi tidak berlangsung lama karena Ibnu Rusyd wafat.
Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles (Aristotelianisme). Ia berusaha mengembalikan filsafat dunia Islam ke ajaran Aristoteles yang asli. Ia mengkritik corak Neoplatonisme yang terdapat pada filsafat pemikir-pemikir Islam sebelumnya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, yang ia anggap menyimpang dari filsafat Aristoteles. Ia membela kegiatan berfilsafat dari kritik yang dilancarkan para ulama Asy’ariyah seperti Al-Ghazali. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa dalam agama Islam berfilsafat hukumnya boleh, bahkan bisa jadi wajib untuk kalangan tertentu.
Ia juga berpendapat bahwa teks Quran dan Hadis dapat diinterpretasikan secara tersirat atau kiasan jika teks tersebut terlihat bertentangan dengan kesimpulan yang ditemukan melalui akal dan filsafat. Dalam bidang fikih, ia menulis Bidayatul Mujtahid yang membahas perbedaan mazhab dalam hukum Islam. Dalam kedokteran, ia menghasilkan gagagan baru mengenai fungsi retina dalam penglihatan, penyebab strok, dan gejala-gejala penyakit Parkinson, serta menulis buku yang kelak diterjemahkan menjadi sebuah buku teks standar di Eropa.
Pengaruh Ibnu Rusyd Pada Budaya Barat
Pengaruh Ibnu Rusyd ke dunia Barat jauh lebih besar dibanding dunia Islam. Ibnu Rusyd menulis banyak tafsir terhadap karya-karya Aristoteles, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan bahasa Latin dan beredar di Eropa. Terjemahan karya-karya Ibnu Rusyd memicu para pemikir Eropa Barat untuk kembali mengkaji karya-karya Aristoteles dan pemikir Yunani lainnya, setelah lama diabaikan sejak jatuhnya kekaisaran Romawi. Pendapat-pendapat Ibnu Rusyd juga menimbulkan kontroversi di dunia Kristen Latin, dan menginspirasi sebuah gerakan filsafat yang disebut Averroisme.
Salah satu doktrinnya yang kontroversial di dunia Barat adalah teori yang disebut “kesatuan akal” (unitas intellectus dalam bahasa Latin), yang menyatakan bahwa semua manusia bersama-sama memiliki satu akal atau “intelek”. Karya-karyanya dinyatakan sesat oleh Gereja Katolik Roma pada tahun 1270 dan 1277, dan pemikir Kristen Thomas Aquinas menulis kritik-kritik tajam terhadap doktrin Ibnu Rusyd. Sekalipun demikian, Averroisme tetap memiliki pengikut di dunia Barat hingga abad ke-16.
Ibnu Rusyd disebutkan dalam berbagai karya budaya baik di dunia Barat maupun di dunia Islam. Puisi Divina Commedia karya penulis Italia Dante Alighieri yang terbit pada 1320, menyebutkan Ibnu Rusyd “yang menulis Tafsir-Tafsir Besar”, dan menggambarkannya terjebak di limbo atau tepi neraka bersama Salahuddin Ayyubi dan beberapa pemikir Islam dan pemikir Yunani non-Kristen. Pembukaan buku The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer memasukkan Ibnu Rusyd dalam daftar ahli-ahli kedokteran yang diketahui di Eropa pada masa itu. Ibnu Rusyd juga muncul di lukisan fresko Mazhab Athena karya Raffaello Sanzio. Karya ini dilukis di dinding sebuah ruangan di Istana Kepausan di Vatikan, dan berisi tokoh-tokoh penting dalam filsafat.
Ibnu Rusyd digambarkan dengan gamis hijau dan sebuah sorban, mengintip dari belakang bahu Pythagoras yang sedang menulis buku. Ibnu Rusyd adalah tokoh utama film Mesir Al-Massir (“Takdir”) pada tahun 1997. Film ini disutradarai Youssef Chahine dan dibuat untuk memperingati 800 tahun meninggalnya Ibnu Rusyd. Dalam film ini, Ibnu Rusyd digambarkan sebagai seorang yang bijak di Kordoba abad ke-12.
Nama Ibnu Rusyd (atau Averroes) dipakai untuk genus tanaman Averrhoa. Genus ini dikenali dengan dua tanamannya yang masyhur, yaitu belimbing sayur dan belimbing biasa. Selain itu pula, ada kawah bulan bernama Ibn-Rushd dan asteroid 8318 Averroes.